Berikut adalah makalah untuk memenuhi tugas matakuliah kewirausahaan, kalian juga bisa mengunduh powerpoint materi ini, link donwload ada di atas BAB III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Motivasi adalah suatu dorongan terhadap diri kita agar kita
melakukan sesuatu hal. Dorongan yang kita dapat itu bisa bersumber dari mana
saja, entah itu dari diri kita sendiri atu pun dari hal atau orang lain.
Dorongan yang kita sebut motivasi itu juga yang menjadi suatu sumber tenaga
dalam kita mengerjakan suatu hal agar kita mencapai suatu tujuan yang kita
inginkan. Dalam hal ini kegiatan yang kita lakukan dapat berbentuk negatif
ataupun positif meskipun motivasi kita semua awalnya “baik”.
Motivasi
ada banyak jenisnya antara lain motivasi belajar, motivasi berprestasi, hingga motivasi dalam berwirausaha, dll. Dalam hal ini motivasi berwirausaha yang
akan menjadi topik utamanya. Hal itu dikarenakan motivasi inilah yang sangat
umum di masyarakat.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam
makalah ini seperti:
1.
Apa pengertian memotivasi
diri sendiri dan kewirausahaan?
2.
Bagaimana karakter
sukses wirausaha?
3.
Apa faktor kegagalan dalam wirausaha?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahuai pengertian memotivasi diri sendiri dan kewirausahaan
2.
Untuk mengetahuai karakter sukses wirausaha
3.
Untuk mengetahuai faktor yang menyebabkan gagal dalam berwirausaha
BAB
II
Karakter
Wirausaha Sukses : Memotivasi Diri Sendiri
A. Pengertian Motivasi Diri Sendiri dan
Kewirausahaan
Motivasi diri
adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri sendiri, tanpa adanya bantuan
orang lain. Kita memiliki kemampuan menemukan alasan untuk bertindak atau
melakukan sesuatu tanpa adanya bantuan orang lain. Proses mendapatkan dorongan
bertindak ini, pada dasarnya adalah sebuah proses penyadaran akan keinginan
diri sendiri yang biasanya terkubur. Setiap orang memiliki keinginan yang
merupakan dorongan untuk bertindak, namun seringkali dorongan tersebut melemah
karena faktor luar. Melemahnya dorongan ini bisa dilihat dari hilangnya harapan
dan ketidakberdayaan.
Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan
dorongan kita. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih
percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan,
bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai. Dengan demikian jika sebuah sumbat
motivasi (dalam hal ini ketidakberdayaan dan tanpa harapan) dihilangkan, maka
aliran energi dalam tubuh kita bisa mengalir kembali.
Membangun impian adalah salah satu cara memotivasi diri sendiri.
Namun, membangun impian bisa tidak berguna jika hambatan-hambatan pada diri
sendiri masih ada. Inilah mengapa banyak orang yang tidak mau bermimpi,
sebab ada sebuah faktor yang masih belum diselesaikan, yaitu faktor
keberdayaan. Sebaiknya sebelum membangun mimpi, kita harus membangun rasa percaya
diri terlebih dahulu. Jika tidak, membangun impian bisa percuma. Buat apa mimpi
besar, jika tidak percaya diri untuk mencapainya.
Impian yang besar tanpa kepercayaan diri seperti mimpi di siang
bolong, angan-angan, atau khayalan belaka. Hanyamengatakan ingin, tetapi
tidak ada tindakan yang terjadi. Hanyaada dua penyebab, harapan meraih mimpi
yang tidak ada dan atau mereka merasa tidak mampu meraih impian tersebut.
Kewirausahaan adalah proses kemanusiaan (human process) yang
berkaitan dengan
kreativitas dan inovasi dalam memahami peluang, mengorganisasi sumber-sumber,
mengelola sehingga peluang itu terwujud menjadi suatu usaha yang
mampu menghasilkan laba atau nilai untuk jangka waktu yang lama. Definisi
tersebut menitikberatkan
kepada aspek kreativitas
dan inovasi, karena dengan sifat kreativitas dan inovatif seseorang dapat menemukan
peluang. Pada bab ini, akan dikemukakan lebih mendalam mengenai karakter seorang
wirausaha berdasarkan pendapat para pakar kewirausahaan maupun pebisnis itu sendiri.
B. Karakter Kewirausahaan
Menurut David
(1996) karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha memenuhi syarat-
syarat keunggulan bersaing bagi suatu perusahaan/organisasi, seperti inovatif, kreatif,
adaptif, dinamik, kemampuan berintegrasi, kemampuan mengambil risiko atas keputusan
yang dibuat, integritas, daya-juang, dan kode etik niscaya mewujudkan
efektivitas perusahaan/organisasi.
Disamping itu, dalam suatu penelitian tentang Standarisasi Tes
Potensi Kewirausahaan Pemuda Versi Indonesia; Munawir Yusuf (1999) menemukan adanya 11
ciri atau indikator kewirausahaan, yaitu:
1. Motivasi berprestasi
2. Kemandirian
3. Kreativitas
4. Pengambilan resiko (sedang)
5. Keuletan
6. Orientasi masa depan
7. Komunikatif dan reflektif
8. Kepemimpinan
9. Locus of Controll
10. Perilaku instrumental
11. Penghargaan terhadap uang.
Selain ciri-ciri yang telah dikemukakan di awal, berikut ini akan
dijelaskan secara lebih mendalam mengenai karakterisitik seorang wirausahawan
yang disarikan dari berbagai sumber.
a. Memiliki Kreatifitas
Tinggi
Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir
yang baru dan berbeda.
Menurut Levit, kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking new
thing), oleh karena itu
menurutnya, kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau
berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut Zimmerer dalam Suryana (2003 :
24) mengungkapkan bahwa, ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha
melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru dan berbeda.
Oleh karena itu, kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang
asalnya tidak ada
(generating something from nothing). Inovasi adalah kemampuan untuk
menerapkan kreativitas
dalam rangka memecahkan persolan-persolan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya
kehidupan (inovation is the ability to apply creative solutions to those problems ang
opportunities to enhance or to enrich people’s live).
Dari definisi diatas, kreativitas mengandung pengertian, yaitu:
1. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
2. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan
cara baru.
3. menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan
lebih baik.
Rahasia kewirausahaan adalah dalam menciptakan nilai tambah barang
dan jasa
terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan
masalah dan meraih peluang yang dihadapi tiap Berinisiatif ialah mengerjakan
sesuatu tanpa menunggu perintah.Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan
kreativitas (daya cipta) setelah itu melahirkan
inovasi.
b. Selalu Komitmen
dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab.
Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan
tekad yang
bulat di dalam mencurahkan semua perhatianya pada usaha yang akan
digelutinya,
didalam menjalankan usaha tersebut seorang wirausaha yang sukses
terus memiliki tekad yang mengebu-gebu dan menyala-nyala (semangat tinggi)
dalam mengembangkan usahanya, ia tidak setengah-setengah dalam berusaha, berani
menanggung resiko, bekerja keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang
yang ada dipasar. Tanpa usaha yang sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang
digelutinya maka wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam
usahanya. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang wirausaha untuk
komit terhadap usaha dan pekerjaannya. Max Weber menyatakan intisari etos kerja orang Jerman adalah :
rasional, disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi pada kesuksesan material, hemat
dan bersahaja, tidak mengumbar kesenangan, menabung dan investasi. Di Timur, orang
Jepang menghayati “bushido” (etos
para samurai) perpaduan Shintoisme dan Zen Budhism. Inilah yang disebut oleh Jansen H.
Sinamo (1999) sebagai “karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang”.
Ada 7 prinsip dalam bushido, ialah :
1. Gi : keputusan benar diambil dengan sikap benar berdasarkan
kebenaran, jika
harus mati demi keputusan itu, matilah dengan gagah, terhormat,
2. Yu : berani, ksatria,
3. Jin : murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap sesama,
4. Re : bersikap santun, bertindak benar,
5. Makoto : tulus setulus-tulusnya, sungguh-sesungguh-sungguhnya,
tanpa pamrih,
6. Melyo : menjaga kehormatan martabat, kemuliaan,
7. Chugo : mengabdi, loyal. Jelas bahwa kemajuan Jepang karena
mereka komit
Dalam penerapan bushido, konsisten, inten dan berkualitas.
Indonesia mempunyai falsafah Pancasila, tetapi gagal menjadi etos
kerja bangsa
kita karena masyarakat tidak komit, tidak inten, dan tidak
bersungguh-sungguh dalam menerapkan prinsip-prinsip Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Jansen H. Sinamo (1999) mengembangkan 8 Etos Kerja Unggulan sebagai berikut :
6. Kerja itu suci, kerja adalah panggilanku, aku sanggup bekerja
benar.
Suci berarti
diabdikan, diuntukkan atau diorientasikan pada Yang Suci. Penghayatan kerja semacam
ini hanya mungkin terjadi jika seseorang merasa terpanggil. Bukan harus dari Tuhan,
tapi bisa juga dari idealisme, kebenaran, keadilan, dsb. Dengan kesadaran bahwa kerja
adalah sebuah panggilan suci, terbitlah perasaan untuk melakukannya secara benar.
7. Kerja itu sehat, kerja adalah aktualisasiku, aku sanggup bekerja
keras.
Maksudnya adalah bekerja membuat tubuh, roh dan jiwa menjadi sehat.
Aktualisasi
berarti mengubah potensi menjadi kenyataan. Aktualisasi atau
penggalian potensi ini terlaksana melalui pekerjaan, karena kerja adalah
pengerahan energi bio-psiko-sosial.
Akibatnya kita menjadi kuat, sehat lahir batin. Maka agar menjadi
maksimal, kita akan sanggup bekerja keras, bukan kerja asal-asalan atau setengah
setengah.
8. Kerja itu rahmat, kerja adalah terimakasihku, aku sanggup
bekerja tulus Rahmat adalah karunia yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Respon
yang tepat adalah
bersyukur dan berterima kasih. Ada dua keuntungan dari bekerja sebagai rahmat,
1. Tuhan memelihara kita, dan
2. disamping secara finansial kita mendapat upah, juga ada
kesempatan belajar, menjalin relasi sosial, dsb. Pemahaman demikian
akan mendorong orang untuk
bekerja secara tulus.
9. Kerja itu amanah, kerja adalah tanggung jawabku, aku sanggup
bekerja tuntas
Melalui kerja kita menerima amanah. Sebagai pemegang amanah, kita
dipercaya,
berkompeten dan wajib melaksanakannya sampai selesai. Jika terbukti
mampu, akhlak terpercaya dan
tanggung jawab akan makin menguat. Di pihak lain hal ini akan menjadi jaminan sukses
pelaksanaan amanah yang akan menguklir prestasi kerja dan penghargaan. Maka tidak ada
pekerjaan yang tidak tuntas.
10. Kerja itu seni/permainan, kerja adalah kesukaanku, aku sanggup
bekerja kreatif:
Apapun yang anda kerjakan pasti ada unsur keindahan, keteraturan,
harmoni, artistik seperti halnya
seni. Untuk mencapai tingkat penghayatan seperti itu dibutuhkan suatu kreativitas
untuk mengembangkan dan menyelesaikan setiap masalah pekerjaan.Jadi bekerja
bukan hanya mencari uang, tetapi lebih pada mengaktualisasikan potensi kreatif untuk
mencapai kepuasan seperti halnya pekerjaan seni.
11. Kerja itu ibadah, kerja adalah pengabdianku, aku sanggup
bekerja serius:
Tuhan mewajibkan manusia beribadah (dalam arti ritual) dan
beribadah (dalam artian kerja yang diabdikan pada Tuhan). Kerja merupakan lapangan konkrit
melaksanakan kebajikan seperti: untuk pembangunan bangsa, untuk kemakmuran,
untuk demokrasi, keadilan, mengatasi kemiskinan, memajukan agama, dsb. Jadi
bekerja harus serius dan sungguh-sungguh agar makna ibadah dapat teraktualisasikan secara
nyata sebagai bentuk pengabdian pada Tuhan.
12. Kerja itu mulia, kerja adalah pelayananku, aku sanggup bekerja
sempurna
Secara moral kemuliaan sejati datang dari pelayanan. Orang yang
melayani adalah
orang yang mulia.Pekerjaan adalah wujud pelayanan nyata bagi institusi
maupun orang lain. Kita ada untuk orang lain dan orang lain ada untuk kita. Kita tidak
seperti hewan yang hidup untuk dirinya sendiri. Manusia moral seharusnya mampu proaktif
memikirkan dan berbuat bagi orang lain dan masyarakat. Maka kuncinya ia akan sanggup
bekerja secara sempurna.
13. Kerja itu kehormatan, kerja adalah kewajibanku, aku sanggup
bekerja unggul:
Sebagai kehormatan kerja memiliki lima dimensi : (1) pemberi kerja
menghormati kita karena memilih sebagai penerima kerja (2) kerja memberikan kesempatan
berkarya dengan kemampuan sendiri, (3) hasil karya yang baik memberi kita rasa
hormat, (4) pendapatan sebagai imbalan kerja memandirikan seseorang sehingga
tak lagi jadi tanggungan atau beban orang lain, (5) pendapatan bisa menanggung
hidup orang lain. Semuanya adalah kehormatan. Maka respon yang tepat adalah menjaga kehormatan itu
dengan bekerja semaksimal
mungkin untuk menghasilkan mutu setinggi–tingginya. Dengan unggul di segala bidang kita
akan memenangkan persaingan.
c. Mandiri atau
Tidak Ketergantungan
Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk
menciptakan
seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui
berpikir kreatif dan
bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi
tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif
didalam mengembangkangkan ide dan pikiranya terutama didalam menciptakan
peluang usaha didalam dirinya, dia dapat mandiri menjalankan usaha yang
digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain, seorang wirausaha harus
dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru dengan jalan mengkombinasikan
sumber-sumber yang ada disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan
pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang
baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan
cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
d. Berani Menghadapi Risiko
Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah
entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang
yang menanggung risiko.Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak
didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil
risiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu,
wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang
diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi
risiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang
mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan
merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya (Suryana, 2003 : 14-15). Kemauan dan
kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan.
Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif.
Menurut Angelita S. Bajaro, “seorang wirausaha yang berani menanggung risiko adalah
orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik” (Yuyun
Wirasasmita, dalam Suryana, 2003 : 21). Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai
usaha-usaha yang lebih menantang untuk lebih mencapai kesuksesan atau kegagalan
daripada usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Keberanian untuk menanggung risiko yang
menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan
realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan
tugas-tugasnya secara realistis. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena
tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.
Pilihan terhadap risiko ini sangat tergantung pada :
1. daya tarik setiap alternatif
2. kesediaan untuk rugi
3. kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal Untuk bisa
memilih, sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk mengambil risiko antara
lain :
1. keyakinan pada diri sendiri
2. kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan
kemungkinan memperoleh keuntungan.
3. kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realistis.
Pengambilan risiko berkaitan dengan berkaitan dengan kepercayaan
diri sendiri. Artinya,
semakin besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan orang
tersebut akan kesanggupan mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar
pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain sebagai risiko.
Oleh karena itu, pengambil risiko ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan kreatif
yang merupakan bagian terpenting dari perilaku kewirausahaan (Suryana, 2003 : 22)
e. Motif
Berprestasi Tinggi
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha
karena
adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement
motive). Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003 : 32) Motif berprestasi ialah suatu
nilai sosial yang menekankan pada
hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor
dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh
Maslow (1934) tentang teori motivasi yang dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan kebutuhan,
sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs),
kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan
kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualiazation needs). Kebutuhan
berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang
lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif
berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003
:33-34)
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang
timbul pada dirinya.
2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan
dan
kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-
fifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang
tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan
pencapaian keberhasilan
sangat rendah. Motivasi
(Motivation) berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti to move atau menggerakkan,
(Steers and Porter, 1991:5), sedangkan Suriasumantri (hal.92) berpendapat, motivasi
merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang. Motif dan motivasi berkaitan erat
dengan penghayatan suatu kebutuhan berperilaku tertentu untuk mencapai
tujuan. Motif menghasilkan mobilisasi energi (semangat) dan menguatkan perilaku
seseorang. Secara umum
motif sama dengan drive. Beck (1990: 19), berdasarkan pendekatan
regulatoris, menyatakan “drive” sama seperti sebuah kendaraan yang mempunyai suatu
mekanisme untuk membawa dan mengarahkan perilaku seseorang. Sejalan dengan
itu, berdasarkan teori atribusi Weiner (Gredler,1991: 452) ada dua lokus penyebab
seseorang berhasil atau berprestasi. Lokus penyebab instrinsik mencakup (1) kemampuan, (2)
usaha, dan (3) suasana hati (mood), seperti kelelahan dan kesehatan. Lokus penyebab
ekstrinsik meliputi (1) sukar tidaknya tugas (2) nasib baik
(keberuntungan), dan (3) pertolongan orang lain. Motivasi berprestasi mengandung dua aspek, yaitu (1) mencirikan
ketahanan dan suatu ketakutan
akan kegagalan dan (2) meningkatkan usaha keras yang berguna dan mengharapkan
akan keberhasilan (McClelland, 1976: 74-75). Namun, Travers (1982:435) mengatakan
bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi berprestasi, yaitu mengharapkan
akan sukses dan takut akan kegagalan. Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator
dalam motivasi berprestasi
(tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun, bila dibandingkan dengan atribusi
intrinsik dari Wainer, ada tiga indikator motivasi berprestasi tinggi yaitu: kemampuan,
usaha, dan suasana hati (kesehatan).
f. Selalu
Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa
dengan
dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan
berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan
penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki
persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan
maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang
sudah ada. Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif
harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan.
Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa
dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya
dengan mencari suatu peluang.
g. Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi
Menurut Poppy King (wirausaha muda dari Australia yang terjun ke
bisnis sejak berusia 18 tahun), ada tiga hal yang selalu dihadapi seorang
wirausaha di bidang apapun, yakni: pertama, obstacle (hambatan); kedua,
hardship (kesulitan); ketiga, very rewarding life (imbalan atau hasil bagi
kehidupan yang memukau). Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu
adalah untuk semua orang. Mengapa? cukup banyak alasan untuk mengatakan hal
itu. Pertama, setiap orang memiliki cita-cita, impian, atau sekurangkurangnya harapan untuk
meningkatkan kualitas hidupnya sebagai manusia. Hal ini merupakan
semacam “intuisi” yang mendorong manusia normal untuk bekerja dan berusaha.
“Intuisi” ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan, yakni daya imajinasi
kreatif. Karena manusia
merupakan satu-satunya mahluk ciptaan Tuhan yang, antara lain, dianugerahi
daya imajinasi kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran itu dapat
diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berpikir, ia dapat mencari
jawaban- jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting seperti: Dari manakah aku berasal?
Dimanakah aku saat ini? Dan kemanakah aku akan pergi? Serta apakah yang akan aku
wariskan kepada dunia ini? Menelusuri sejarah pribadi di masa lalu dapat memberikan gambaran
mengenai
kekuatan dan kelemahan seseorang. Di dalamnya terdapat sejumlah
pengalaman hidup : hambatan dan kesulitan yang pernah kita hadapi dan bagaimana kita
mengatasinya, kegagalan dan
keberhasilan, kesenangan dan keperihan, dan lain sebagainya. Namun, karena semuanya
sudah berlalu, maka tidak banyak lagi yang dapat dilakukan untuk mengubah semua
itu. Kita harus menerimanya dan memberinya makna yang tepat serta meletakkannya
dalam suatu perspektif masa kini dan masa depan (Harefa : 1998).
Masa kini menceritakan situasi nyata dimana kita berada, apa yang
telah kita miliki,
apa yang belum kita miliki, apa yang kita nikmati dan apa yang
belum dapat kita nikmati, apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita dan
apa yang menjadi hak asasi kita sebagai manusia,
dan lain sebagainya. Dengan menyadari keberadaan kita saat ini, kita dapat bersyukur atau
mengeluh, kita dapat berpuas diri atau menentukan sasaran berikutnya, dan seterusnya.
Masa depan memberikan harapan, paling tidak demikianlah seharusnya bagi mereka yang
beriman berkepercayaan. Bila kita memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan, dan masih
berada pada situasi dan kondisi yang belum sesuai dengan cita-cita atau impian kita,
maka adalah wajar jika kita mengharapkan masa depan yang lebih baik, lebih cerah, lebih
menyenangkan. Sebab selama masih ada hari esok, segala kemungkinan masih tetap terbuka lebar
(terlepas dari pesimisme
atau optimisme mengenai hal itu). Jelas bahwa
masa lalu, masa kini, dan masa depan bertalian langsung dengan daya imajinasi kita.
Dan di dalam masa-masa itulah segala hambatan (obstacle), kesulitan (hardship), dan
kesenangan atau suka cita (very rewarding life) bercampur baur jadi satu. Sehingga, jika
Poppy King mengatakan bahwa ketiga hal itulah yang dihadapi oleh seorang wirausaha dalam
bidang apapun, maka bukankah itu berarti bahwa kewirausahaan adalah untuk semua
orang? Siapakah manusia di muka bumi ini yang tidak pernah menghadapi
hambatan dan kesulitan untuk mencapai cita-cita dan impiannya? Alasan kedua
yang membuat kewirausahaan itu pada dasarnya untuk semua orang adalah karena
hal itu dapat dipelajari. Peter F. Drucker, misalnya, pernah menulis dalam Innovation and
Entrepreneurship bahwa, “Setiap orang yang memiliki keberanian untuk mengambil
keputusan dapat belajar menjadi wirausaha, dan berperilaku seperti wirausaha. Sebab (atau
maka) kewirausahaan lebih merupakan perilaku daripada gejala kepribadian, yang dasarnya
terletak pada konsep dan teori, bukan pada intuisi”. Perilaku, konsep, dan teori merupakan
hal-hal yang dapat dipelajari oleh siapapun juga. Sepanjang kita bersedia membuka hati
dan pikiran untuk belajar, maka kesempatan untuk menjadi wirausaha tetap terbuka.
Sepanjang kita sadar bahwa belajar pada hakekatnya merupakan suatu proses yang
berkelanjutan, yang tidak selalu berarti dimulai dan berakhir di sekolah atau universitas
tertentu, tetapi dapat dilakukan seumur hidup, dimana saja dan kapan saja maka belajar
berwirausaha dapat dilakukan oleh siapa saja, meski tak harus berarti menjadi wirausaha
“besar”. Alasan yang ketiga adalah karena fakta sejarah menunjukkan kepada kita
bahwa para wirausaha yang paling berhasil sekalipun pada dasarnya adalah
manusia biasa. Sabeer Bathia, seorang digital entrepreneur yang meluncurkan hotmail.com
tanggal 4 Juli 1996, baru menyadari hal ini setelah ia berguru kepada orang-orang
seperti Steve Jobs, penemu komputer pribadi (Apple). Dan kesadaran itu membuatnya cukup
percaya diri ketika menetapkan harga penemuannya senilai 400 juta dollar AS kepada Bill
Gates, pemilik Microsoft, yang
juga manusia biasa.
h. Selalu Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang
untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih
baik pada
pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk
mencapai tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut.
Pengertian itu juga menampung wirausaha yang pengusaha, yang mengejar
keuntungan secara etis serta wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang
mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang
lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.
i. Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloporan danketeladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dahulu, lebih
menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu
menampilkan barang dan jasajasa yang dihasilkanya lebih cepat, lebih dahulu dan
segera berada dipasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia
menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi maupun prmasaran. Ia selalu
memamfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan
bagi sesorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan
untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk
menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Leadership Ability adalah
kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk
menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), seorang pemimpin harus memiliki
taktik mediator dan negotiator daripada diktaktor. Semangat,
perilaku dan kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar
itu wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu: Wirausaha andal, Wirausaha
tangguh, Wirausaha unggul. Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya lebih menonjol dalam
memobilisasi sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya menjadi output
dan memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur.
Sebaliknya, wirausaha yang perilaku dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas, inovasi
serta mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim disebut Innovative Entrepreneur.
j. Memiliki
Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha
adalah
kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang digelutinya, seorang
wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha,
visualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol
usaha, maupun kemampuan mengintergrasikan operasi perusahaanya yang kesemuanya
itu adalah merupakan kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari seorang
wirausaha, tanpa itu semua maka bukan keberhasilan yang diperoleh tetapi
kegagalan uasaha yang diperoleh.
C. Faktor yang Menyebabkan Wirausaha Gagal
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor
yang
menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
1. Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak
memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang
membuat perusahaan
kurang berhasil.
2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan,
keterampilan mengelola
sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat
berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran
kas. Mengatur pengeluaran dan
penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat
operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari
suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam
pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis
merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha
6. kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan
efisiensi dan efektivitas.
Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang
setengah setengah terhadap usaha
akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal.
Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar. Ketidakmampuan
dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap
menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil.
Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan
mampu membuat peralihan setiap waktu.
Berikut ini ditampilkan mengenai karakteristik profil dari seorang
wirausahawan yang sukses dan
gagal.
Ciri Wirausahawan Sukses yang Menonjol
1. Percaya diri Mengendalikan tingkat percaya dirinya tinggi
dalam mencapai sukses
2 Pemecahan masalah Cepat mengenali dan memecahkan masalah
yang dapat menghalangi kemampuan tujuannya
3 Berprestasi tinggi Bekerja keras dan bekerja sama dengan para ahli untuk
meperoleh prestasi
4 Pengambilan resiko Tidak takut mengambil resiko, tetapi akan menghindari
resiko tinggi jika dimungkinkan
5 Ikatan emosi Tidak akan memperbolehkan hubungan emosional yang
menggangu suksesnya usaha
6 Pencari status Tidak akan memperboilehkan hubungan emosional yang
mengganggu misi suksesnya usahanya
7 Tingkat energi tinggi Berdedikasi tinggi dan bekerja tanpa berhitung waktu
untuk membangun usahanya
Ciri Wirausahawan Gagal yang Menonjol
1. Dedikasi Meremehkan waktu dan dedikasi dalam memulai usaha
2 Pengendalian usaha atau bisnis Gagal mengendalikan aspek utama
usaha atau bisnis 3 Pengamatan
manajemen Pemahaman umum terhadap disiplin manajemen
rata-rata kurang
4 Pengelolaan piutang Menimbulkan masalah arus kas buruk mereka dengan
kurangnya perhatian akan piutang
5 Memperluas usaha berlebihan Memulai perluasan usaha yang belum
siap
6 Perencanaan keuangan Meremehkan kebutuhan usaha
7 Lokasi usaha Lokasi yang buruk Pembelanjaan besar Menimbulkan
pengeluaran awal yang tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Motivasi diri sendiri adalah gebrakan awal dalam berwirausaha. Sebagai fondasi
baik buruknya, sukses tidaknya wirausaha yang dilakukan tergantung pada
karakter yang dimiliki oleh pelaku wirausaha.
Pelaku wirausaha yang sukses memiliki karekter yang baik yakni:
kreatifitas yang tinggi, komitmen, mandiri, berani, persfektif, inovatif, ide
peluang, dan leadership.
DAFTAR PUSTAKA
Yuanita, Sari. 2011. Tips Menumbuhkan Motivasi dan Percaya
Diri Untuk Meraih Kesuksesan. Yogyakarta: Briliant Books.
0 Komentar untuk "Makalah Karakter Wirausaha Sukses : Memotivasi Diri Sendiri"